Satu Hari, Satu Rasa

Hidup remaja penuh warna, tapi nggak semua warna itu mudah dijelaskan. Kadang kita marah tanpa tahu sebabnya. Kadang sedih tapi nggak bisa nangis. Kadang bahagia, tapi takut terlalu senang.

Satu Hari, Satu Rasa mengajakmu berhenti sejenak dari riuhnya hari dan mulai menulis. Lewat halaman-halaman reflektif, panduan ringan, dan latihan jujur pada diri sendiri, buku ini bisa jadi teman yang mendengarkan—tanpa menghakimi. Kamu bebas bercerita, mencoret, melukis, atau sekadar mencatat apa yang kamu rasakan hari ini.

Karena perasaan bukan untuk dipendam. Ia ada untuk dikenali, dipahami, dan dilepaskan perlahan.